POLIDEWA – Kunjungan belajar mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Politeknik Dewantara (Polidewa) ke proyek revitalisasi Lapangan Gaspa, Kota Palopo, pada Jumat 12 Desember 2025 berlangsung dengan nuansa yang berbeda dari biasanya.

Kegiatan ini tidak berhenti pada observasi dan dokumentasi semata. Mahasiswa benar-benar merasakan atmosfer dunia kerja konstruksi dengan turun langsung ke lapangan, mencoba peralatan kerja, serta membantu pekerjaan yang memungkinkan, tentunya dengan pendampingan dosen, arahan tim pelaksana proyek, dan penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Sejak awal kegiatan, mahasiswa dibekali pengarahan singkat terkait kondisi proyek, pembagian area kerja, alur aktivitas, serta standar keselamatan. Setelah itu, mereka terlibat dalam sesi praktik lapangan.

Di sinilah pengalaman belajar menjadi nyata. Mahasiswa merasakan langsung ritme kerja proyek, memahami pentingnya ketelitian, koordinasi tim, serta menyadari bahwa hasil konstruksi yang berkualitas selalu lahir dari proses kerja yang tertib dan disiplin.

Menariknya, kegiatan “Engineer Sehari” ini diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia. Integrasi ini memberi pemahaman baru bagi mahasiswa bahwa kemampuan berbahasa memiliki peran krusial di dunia teknik.

Bahasa bukan sekadar teori di ruang kelas, melainkan alat kerja di lapangan. Instruksi harus disampaikan dengan jelas, pencatatan pekerjaan harus rapi, laporan harus runtut, dan penggunaan istilah teknis tidak boleh keliru.

Usai terlibat langsung dalam pekerjaan lapangan, mahasiswa dilatih menyusun laporan observasi berbasis pengalaman nyata. Mereka diminta menguraikan jenis pekerjaan yang dilakukan, tahapan pelaksanaan, pertimbangan teknis, aspek risiko dan K3, hingga pelajaran penting tentang kerja tim di lingkungan proyek.

Ketua Program Studi Teknik Sipil Politeknik Dewantara, Dr. Ika Triwati, S.KM., M.Kes, menegaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk membentuk kompetensi mahasiswa secara utuh.

“Kami ingin mahasiswa Teknik Sipil tidak hanya kuat secara akademik, tetapi juga matang secara praktik dan komunikasi. Di lapangan, mereka belajar bahwa seorang engineer harus mampu bekerja dengan disiplin, memahami prosedur keselamatan, serta mampu menjelaskan pekerjaannya secara jelas dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Menurut Dr. Ika, pembelajaran kontekstual seperti ini menjadi jembatan penting antara kampus dan dunia industri. Mahasiswa tidak hanya “paham di kepala”, tetapi juga “paham di tangan”, sekaligus terlatih menuangkan pengalaman teknis ke dalam laporan profesional.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa pulang dengan bekal yang jauh lebih bermakna daripada sekadar dokumentasi kegiatan. Mereka membawa pengalaman bekerja dalam kultur proyek, pemahaman tentang keselamatan dan etos kerja, serta kemampuan komunikasi profesional yang akan sangat dibutuhkan saat terjun ke dunia konstruksi sesungguhnya.

Kegiatan “Engineer Sehari” di Gaspa menegaskan bahwa kuliah Teknik Sipil bukan hanya soal angka dan gambar, melainkan tentang membangun cara berpikir, cara bekerja, dan cara menjelaskan pekerjaan secara benar dan bertanggung jawab.

 

slot toto

https://smkn1-wnb.sch.id/jurusan/kuliner/

https://www.gepettosburney.com/menu.html

slot depo 10k

babon 4d babon88 babon 88 crystaltogel babon88