POLITEKNIK DEWANTARA LAKSANAKAN  TULAR NALAR “PELATIHAN SEKOLAH KEBANGSAAN” BAGI SISWA TINGKAT SMA SEDERAJAT

POLITEKNIK DEWANTARA LAKSANAKAN TULAR NALAR “PELATIHAN SEKOLAH KEBANGSAAN” BAGI SISWA TINGKAT SMA SEDERAJAT

POLIDEWA – Tular Nalar diciptakan untuk membantu meredam laju onfodemik yang ramai beredar. Tular Nalar dilengkapi dengan berbagai materi mengenai cara berfikir kritis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Materi pembelajaran yang menampilkan keseharian ini mencakup berbagai topik, mulai dari memahami etika membagikan pesan di media sosial, cara menghadapi hoax tentang pemilu hingga mampu menyikapi isu-isu yang berpotensi menyemai perpecahan bernuansa SARA.

Tular Nalar sendiri bisa diakses oleh siapapun baik pelajar, mahasiswa, guru, dosen, bahkan masyarakat umum. Melalui materi pembelajaran dari para fasilitator yang telah mendapatkan ToT, peserta yang terdiri dari siswa SMA sederajat akan mendapatkan pemahaman literasi media dan digital, peserta akan sama-sama mencari tahu kebenaran sebuah berita, tanggap dalam melihat kebenaran, dan tangguh melawan hoax, sehingga akhirnya dapat ikut menyebarkan kebenaran tersebut.

Dengan mengangkat slogan daerah “Sipakatau, Sipakainge’ , Sipakalabbi’” yang artinya “saling memanusiakan, saling meningngatkan, dan saling menguatkan”, Politeknik Dewantara melaksanakan “Pelatihan Sekolah Kebangsaaan” pada Kamis 18 Juli 2024.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) tersebut merupakan organisasi masyarakat sipil anti-hoax yang telah memelopori banyak inisiatif untuk melawan infodemic atau wabah hoax. Visi dan misi MAFINDO adalah menciptakan masyarakat yang tercerahkan dan kebal terhadap berbagai tipuan dan ujaran kebencian.

Tular Nalar memfokuskan materinya untuk membekali pemilih pemula. Melalui empat modul terbarunya, yaitu Pemilu, Demokrasi, Penginderaan Hoax, dan Regulasi.

Tular Nalar siap melanjurkan misinya dalam membekali Generasi Z dengan kemampuan melakukan penginderaan hoax agar dapat melakukan pencegahan sebelum bencana hoax terjadi, sekaligus memposisikan diri mereka sebagai agen perubahan untuk warga digital di Indonesia.

Program ini diharapkan dapat mendorong inovasi dan kolaborasi luas untuk meningkatkan literasi digital dan pemikiran kristis lintas generasi agar terhindar dari Kacau Isi, Kacau Emosi, dan Kacau Diri, sekaligus menciptakan iklim demokrasi yang sehat di Indonesia.

Direktur Politeknik Dewantara Dr. Suaedi, M.Pd., mengapresiasi kegiatan pelatihan ini serta mengungkapkan rasa terima kasih kepada MAFINDO atas pemberian kesempatan berkontribusi dalam program Tular Nalar 3.0.

“Tular Nalar merupakan program dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia MAFINDO, MAARIF serta Love Frankie yaitu organisasi cinta damai. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi Generasi Z agar dapat memahami saat menerima informasi dan cara menyebarkannya,” ujarnya.

Program Tular Nalar dihadiri oleh SMKN 2 Palopo, SMKN 4 Palopo, SMAN 10 Luwu, dan SMAN 15 Luwu, berjumlah 100 siswa didampingi oleh guru dari sekolah tersebut. Para peserta membentuk kelompok dan satu orang Fasilitator yang akan memberikan materi. Pelatihan ini dikemas dengan diskusi dan keseruan games.

“Yang saya rasakan adalah banyak hal baru dari yang saya terima dan dengarkan, ini menjadi pengalaman saya kedepannya agar lebih cermat lagi menerima berita,” tutur Afnus Bettan J.H dari SMKN 2 Palopo.

“Setelah mengikuti Sekolah Kebangsaan, saya jadi tau apa saja ketentuan untuk menjadi pemilih. Saya juga dapat mengetahui apa saja sanksi yang didapatkan ketika kita menyebar hoax,” ucap Andi Anugrah Alamsyah dari SMKN 4 Palopo.

“Saya mendapatkan sebuah informasi bahwa hoax sangatlah berbahaya bagi bangsa dan negara, demi memajukan Indonesia emas kita perlu pintar-pintar untuk menginderakan dari sebuah informasi,” kata Raihan Nur Faz dari SMAN 10 Luwu

“Yang saya dapatkan setelah mengikuti pelatihan ini saya sengang karena dapat mengetahui informasi tentang demokrasi dan berbagai contoh berita hoax,” ucap Rini Safitri.

Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada Generasi Z dalam membentengi diri terhadap berita-hoax, serta bagaimana generasi Z menjadi generasi anti Hoax dan anti fitnah. Dalam kegiatan ini peserta diharapkan mampu memahami tentang demokrasi, pemilu, dan sanksi sehingga mereka mendapatkan imun atau kekebalan dalam menerima informasi dan bijak serta bertanggung jawab saat menjadi pemilih, maupun menyebarkan informasi. Dengan demikian peserta dapat mengantisipasi berbagai ancaman hoaks dan disinformasi dengan edukasi penginderaan hoaks.